Minggu, 10 Januari 2010

Memaknai Takdir






Memaknai Takdir


Oleh : Toha MT



Roda kehidupan berjalan pada jalur yang sudah digariskan dalam scenario besar Allah SWT. Pada titik akhir, manusia dihadapkan pada ujian besar yang kemudian akan menentukan nasibnya kelak dari apa yang ia lakukan. Firman Allah SWT :”Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".(QS: Hud (11):7)


Manusia sudah dikaruniakan akal untuk dapat berfikir dengan baik sebelum para rosul diutus oleh Allah SWT. Dengan akal itu juga ia dapat menentukan pilihan dengan bebas sehingga tidak ada alasan manusia mengelak dari tanggung jawab kelak pada hari kebangkitan


Allah SWT berfirman :”Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).(QS:An-Najm (53):31)


Ayat tersebut diatas mengisyaratkan dengan jelas bahwa seseorang yang berbuat jahat akan menerima hukumannya dan orang yang berbuat baik memperoleh balasan yang setimpal dengan perbuatannya. Hal ini adalah merupakan bentuk keadilan yang tidak terbantahkan dan tidak dapat ditolak. Ia juga merupakan efek otomatis dari konsep takdir



Melempar tanggung jawab dari perbuatan yang dilakukan kepada takdir selain salah kaprah dalam memahami konsep takdir juga merupakan salah pengertian dalam mengejewantahkan nilai-nilai qurani. Allah menggambarkan hal itu dalam firman-Nya :


“29. Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”(QS: Al-Kahfi (18): 29)


Yang harus diperhatikan adalah bahwa Allah SWT tidak mungkin berbuat dzolim dan bertindak tidak adil, tinggal bagaimana kita berbaik sangka kepada Allah SWT. Wallahu alam.


Tidak ada komentar: