Selasa, 19 Januari 2010

Panduan Haji dan Umroh



HAJI DAN UMROH


A. Kewajiban dan Keutamaan Haji

Kewajiban Haji


Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman :

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. 3:97)


Dari ayat tersebut, amat jelas bahwa haji merupakan satu ibadah yang merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang mampu melaksanakannya.


Rosulullah SAW bersabda :


بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاَ ةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ


“Islam didirikan di atas lima rukun : pertama syahadat (mengakui) tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa di bulan ramadhan”. (HR: Muttafaq alaih)


Disamping itu ada beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi oleh orang yang akan melaksanakan ibadah haji. Syarat wajib tersebut adalah :


1. Islam.

2. Baligh.

3. Berakal.

4. Isthito’ah (mampu)



Keutamaan Ibadah Haji


Ada beberapa riwayat yang menjelaskan keutamaan ibadah haji. Diantara keutamaan-keutamaan tersebut antara lain :


1. Haji merupakan salah satu amal yang paling utama.


عن أَبِي هُرَ يرة قَالَ " { سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ إيمَانٌ بِاَللَّهِ وَرَسُولِهِ . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا ؟ قَالَ : الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ , قِيلَ ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ } "


Dari Abu Hurairoh ra, beliau berkata :”Rosulullah SAW ditanya tentang amal yang paling utama? Beliau berkata:”Iman kepada Allah dan Rosul-Nya”, kemudian Apalagi? ? Beliau berkata:”Jihad Fi sabilillah”. Kemudian apalagi? ? Beliau berkata:”Haji Mabrur”.


2. Haji merupakan salah satu bentuk jihad.


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا { جِهَادُ الْكَبِيرِ وَالصَّغِيرِ وَالضَّعِيفِ وَالْمَرْأَةِ : الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ } رَوَاهُ النَّسَائِيُّ , وَعَنْ بُرَيْدَةَ مَرْفُوعًا.


“Dari Abu Hurairoh ra sampai pada nabi SAW:”Jihadnya orang tua, anak-anak, orang lemah dan wanita adalah haji dan Umroh”.

3. Haji mampu menjadi kafarat (menghapus) dosa dan balasannya Syurga.


{مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ } ,وَقَالَ :


{ الْعُمْرَةُ إلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا , وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إلَّا الْجَنَّةُ }


“Barang siapa yang berhaji, kemudian tidak berbicara kotor dan berbuat buruk, maka ia ibarat seorang bayi yang baru dilahirkan”(HR: Bukhori dan Muslim).


“ Umroh dengan umroh merupakan kafarat dosa antara keduanya, haji Mabrur tidak ada balasan kecuali syurga”


B. Pengertian Haji dan Umroh


Haji menurut bahasa bermakna : bermaksud atau menuju sesuatu yang mulya. Sedangkan menurut istilah adalah : pergi ke Mekkah untuk beribadah seperti Thowaf, Sa’i, wuquf dan seluruh manasik haji pada waktu yang telah ditentukan.


Umroh menurut bahasa bermakna : berkinjung, sedangkan menurut istilah bermakna: Pergi ke Mekkah untuk beribadah thowaf di Baitullah Ka’bah, Sa’I, dan Tahalul (mencukur habis atau sebagian rambut).


C. Macam-macam Manasik Haji
Ibadah haji mempunyai beberapa manasik yaitu :


1. Tamattu’, yaitu : Berniat ihrom untuk umroh pada bulan-bulan haji (syawal, Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah), kemudian berniat ihrom untuk haji setelah selesai umroh pada tahun yang sama, dan ketika niat mengucapkan:


لَبَّيْكَ عُمْرَةً مُتَمَتِّعًا إِلَى الْحَجِّ


2. Qiron, Yaitu : Berniat Ihrom untuk Umroh dan haji, dan tidak bertahallul sampai hari Nahar (10 Dzulhijjah), atau berniat ihrom untuk umroh kemudian berniat haji sebelum memulai thowaf Umroh dan berniat dengan mengucapkan :


لَبَّيْكَ عُمْرَةً وحَجًّا


3. Ifrod, yaitu : berniat Ihrom untuk haji dan tetap memakai pakaian Ihrom sampai hari Nahar dan berniat dengan mengucapkan :


لَبَّيْكَ حَجًّا


D. Rukun, Wajib, Sunnah Haji dan Umroh


Rukun Haji


1. Ihrom, yaitu niat untuk melaksanakan manasik (Haji, Umroh atau keduannya).
2. wuquf di Arofah.
3. Thowaf Ifadoh.
4. Sa’I antara Shofa dan Marwah.





Wajib Haji

1. Ihrom dari miqot yang telah ditentukan yaitu :

a. Dzul-Hulaifah (Miqot untuk yang berasal dari atau melewati Madinah Munawaroh).

b. Al-Juhfah (Miqot untuk yang berasal dari atau melewati Surya, Mesir dan Maroko).

c. Yalamlam (Miqot untuk yang berasal dari atau melewati Yaman).

d. Dzaatu’irqin (Miqot untuk yang berasal dari atau melewati Irak dan Khurosan).

e. Qornul-Manazil (Miqot untuk yang berasal dari atau melewati Najid seperti Riyad).


2. Wuquf di Arofah sampai terbenam matahari bagi yang wuqu siang hari.
3. Mabit (menginap) di Mudzalifah pada malam hari raya bagi yang mampu.
4. Mabit di Mina pada malam hari-hari Tasyriq (11-13 Dzulhijjah).
5. Melontar Jumroh secara berurutan dan beraturan.
6. Mencukur habis atau sebagian rambut.
7. Thowaf Wada’ (Thowaf perpisahan/untuk meninggalkan Mekkah).



Sunnah Haji

1. Mandi ketika Ihrom.
2. Thowaf Qudum.
3. Idltiba’ (memakai pakaian ihrom dengan pundak kanan terbuka) ketika thowaf qudum.
4. Romal (Berjalan cepat/berlari-lari kecil) pada tiga putaran pertama di Thowaf qudum.
5. Mabit di Mina pada malam Arofah.
6. Mencium hajar Aswad.
7. Naik ke bukit shofa dan Marwah.
8. Talbiyah, berdoa dan berdzikir.


Wajib Umroh


1. Ihrom dari miqot yang telah ditentukan.
2. Mencukur habis atau sebagian rambut.


E. Larangan-larangan Ihrom


I. Larangan bagi laki-laki dan perempuan

a. Mencukur atau memotong rambut.

b. Memotong kuku.

c. Memakai farfum/wangi-wangian (seperti minyak wangi, sabun, sampo dan lain-lain).

d. Berburu, akad nikah (menikah dan menikahkan), dan Jima’ (bersetubuh).


II. Larangan Khusus bagi laki-laki

a. Memakai pakaian berjahit.

b. Menutup Kepala.


III. Larangan Khusus bagi Perempuan
 Memakai kain yang berjahit pada wajah dan tangannya seperti cadar dan sarung tangan.


Catatan : Haram Hukumnya bagi yang memasuki tanah haram-baik berniat haji atau tidak membunuh binatang buruan atau memotong pohon dan tumbuhan yang berada di dalamnya.


F. Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Dam

Yang dimaksud dengan dam adalah sejenis “sanksi” bagi jamaah haji yang melanggar larangan ihrom atau tidak melaksanakan wajib haji. Hal tersebut menjadikan jamaah haji wajib melaksanakan dam. Adapun dam itu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis , yaitu :


1. Menyembelih kambing (Domba)

2. Puasa bagi yang tidak mampu menyembelih kambing.

3. Memberi makan fakir miskin.



Penjelasan hal itu adalah sebagai berikut:


1. Bagi jamaah haji yang tidak melaksanakan salah satu wajib haji, maka ia harus menebus dengan menyembelih seekor kambing jika mampu, atau puasa sepuluh hari bagi yang tidak mampu menyembelih kambing.

2. Jamaah haji yang melanggar larangan ihrom seperti memakai pakaian berjahit, memakai penutup kepala dan lainnya bagi jamaah laki-laki, atau Memakai kain yang berjahit pada wajah dan tangannya seperti cadar dan sarung tangan bagi jamaah haji wanita, mencukur rambut sedikit ataupun banyak, memotong kuku,memakai farfum atau wangi-wangian, maka wajib membayar dam dengan menyembelih hewan (kambing) atau puasa 3 hari di tanah haram dan 7 hari di tanah air atau memberikan makan 6 orang fakir miskin. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT :


Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'Umrah sebelum Haji (di dalam bulan Haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuhhari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah). Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketauhilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. 2:196)


3. Jamaah haji yang berburu binatang darat, maka ia menyembelih hewan yang semisal sesuai firman Allah SWT :


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Ka'bah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang burukdari perbuatannya. Allah telah mema'afkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa. (QS. 5:95)


4. Bagi jamaah haji yang melanggar larangan ihrom seperti bercumbu (pendahuluan jima’), maka ia wajib menyembelih hewan. Adapun jika melakukan hubungan suami isteri, maka hajinya batal secara langsung selain dia harus tetap melanjutkan dan menyempurnakan hajinya dan ia wajib menyembelih seekor onta atau puasa sepuluh hari jika tidak mampu menyembelihnya dan wajib mengqodho’ hajinya tahun depan. Sesuai hadits Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam malik dalam Al-Muwatho’nya: bahwa Umar, Ali dan abu Hurariroh ditanya tentang seseorang yang berhubungan suami isteri dalam kondisi ihrom (sedang berhaji). Mereka menjawab:”Biarkan keduanya menlanjutkan dan menyempurnakan hajinya, lalu wajib bagi keduanya untuk menyembelih Hadyu dan mengqodhonya tahun depan “. [1]


5. Adapun melaksanakan akad nikah, mengkhitbah dan seluruh perbuatan dosa seperti ghibah, namimah dan seluruh perbuatan fasiq hanya perlu taubah dan istighfar karena tidak ada dalil tentang kafarat hal tersebut selain taubat dan istighfar. Wallahu a’lam


F. Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Talbiyah


Lafadz talbiyah yang matsur dari nabi adalah :


لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ , لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَك لَبَّيْكَ إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَك وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ


“Kami datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah , kami datang dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milik-Mu Yang tidak ada sekutu (tandingan)”


Disunnahkan bagi laki-laki untuk mengeraskan suara, sedangkan bagi wanita tidak perlu, cukup didengar oleh dirinya dan orang yang disebelahnya.


Talbiyah dimulai pada permulaan ihrom dan bagi yang mengambil haji tamattu’ dan umroh berakhir ketika thowaf umroh, sedangkan bagi yang mengambil haji Ifrod atau qiron berakhir ketika memulai melontar jumroh aqobah. Juga dianjurkan untuk memperbanyak talbiyah dalam keadaan mendaki, menurun, atau naik turun kendaraaan dan sebagainya.


G. Gambaran Pelaksanaan Haji dan Umroh

Gambaran Pelaksanaan Ibadah Umroh


Jika orang yang umroh atau haji tamattu’ sampai mekkah, berhenti mengucapkan talbiyah sebelum memulai thowaf Umroh, lalu menuju dan menghadap hajar Aswad untuk thowaf sanbil menyentuh dan menciumnya jika memungkinkan, kalaupun tidak, cukup menyentuh dengan tangan kanannya lalu mencium tangan tersebut, jika tidak mungkin juga, cukup isyarat dengan tangan kanan (dengan tidak mencium tangan tersebut ) tanpa perlu memaksakan kehendak untuk menciumnya sambil mengucapkan :


بسم الله والله أكبر


“Dengan Nama Allah dan Allah Maha Besar”

Lalu mulai thowaf tujuh putaran, setiap putaran dimulai dan berakhir di hajar aswad, dan disunnahkan untuk Rosulullah SAWmal (berjalan cepat/berlari-lari kecil) pada tiga putaran pertama dalam keadaan idltiba’ (meakai pakaian ihrom dengan pundak kanan terbuka) di seluruh putaran.


Setelah selesai thowaf, pakai pakaian ihrom dengan menutup seluruh pundaknya, lalu sholat sunnah sebanyak dua rakaat di maqomm Ibrahim as jika memungkinkan, apabila tidak mungkin, sholat dimana saja di dalam masjid. Setelah itu keluar melalui pintu shofa menuju bukit Shofa untuk Sa’i. Jika mampu naiklah ke bukit tersebut sambil berdoa dengan mengangkat kedua tangannya dan menghadap kiblat, lalu menuju bukit marwah.


Ketika sampai pada tanda hijau yang pertama, bagi laki-laki dianjurkan untuk berjalan cepat sampai pada tanda hijau yang berikutnya, sedangkan bagi wanita cukup berjalan biasa saja.

Apabila telah selesai sa’I, berikutnya adalah mencukur habis atau sebagian rambut. Bagi laki-laki mencukur habis semua rambut lebih utama (afdhol). Sedangkan bagi wanita cukup memotong sedikit rambutnya sekitar satu sendi jari tangan.


Gambaran Pelaksanaan Ibadah Haji


Aktifitas (amalan) Hari Kedelapan Bulan Dzulhijjah


Pada hari ini dianjurkan bagi jamaah haji untuk membersihkan tubuhnya dengan mandi, memakai wangi-wangian, lalu menggunakan pakaianihrom dan berniat ihrom untuk haji dengan ,emgucapkanلَبَّيْكَ حَجًّا :

Yang demikian itu bagi yang melaksanakan haji dengan mengambil haji tamattu’ atau bagi yang berniat haji dari penduduk Mekkah. Adapun yang mengambil haji qiron atau ifrod, mereka tetap dalam ihromnya yang pertama sampai semua amalan haji selesai.


Setelah itu, semua jamaah haji (baik yang tamattu’, qiron atau ifrod) menuju Mina sebelum dzuhur jika memungkinkan dan sholat lima waktu di Mina dengan mengqoshor sholat yang empat raka’at tanpa di jama’. Dianjurkan bagi jamaah haji untuk memperbanyak talbiyah, dzikir dan doa.


Aktifitas (amalan) Hari Kesembilan


Setelah matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah (Hari Arofah), Jamaah haji bertolak menuju padang Arofah untuk wuquf dengan memperbanyak talbiyah, kemudian sholat dzuhur dan ashar dengan dijama’ taqdim dan diqoshor disana. Juga dianjurkan ketika wuquf untuk memperbanyak talbiyah, dzikir, doa dan istighfar sampai terbenam matahari.


Setelah matahari terbenam, jamaah ahji bertolak menuju Mudzalifah dengan tenang dan tertib. Apabila sampai di Mudzalifah, sholat maghrib dan Isya dijama’ dan diqoshor pada waktu Isya. Pada malam tab , jamaah ahji wajib mabit di Mudzalifah, tetapi diperboleh bagi wanita dan anak-anak serta orang-orang yang lemah untuk langsung menuju Mina setelah tengah malam. Adapun yang lain mabit dan sholat subuh di sana (Mudzalifah)


Setelah sholat subuh, jamaah haji dianjurkan untuk menghadap kiblat dengan mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, berdzikir di Masy’aril Haram (tempat khusus di Mudzalifah) jika memungkinkan. Jika tidak mungkin, boleh di mana saja di Mudzalifah sampai hari menjadi terang menjelang matahari terbit.

Aktifitas (amalan) Hari Kesepuluh (Hari Raya)


Ketika hari agak terang sebelum matahari terbit, jamaah haji bertolak dari mudzalifah menuju Mina dengan memperbanyak talbiyah, dzikir dan doa. Bacaan talbiyah dihentikan ketika sampai Jumrotul Aqobah, lalu jamaah haji bersiap untuk melontar Jumroh Aqobah dengan tujuh batu (diperbolehkan mengambil batu kerikil di Mina atau Mudzalifah).


Setelah selesai melontar jumroh aqobah, bagi jamaah haji yang tamattu’ atau qiron dan bukan penduduk mekkah menyembelih hadyu (Binatang ternak seperti kambing, unta, sapi sebagai dam), kemudian mencukur rambut (bagi laki-laki dicukur habis lebih utama, sedangkan bagi wanita sekedar satu buku jari tangan) sebagai tahallul awal. Setelah tahalul awal ini, dihalalkan (diperbolehkan) bagi jamaah haji semua larangan haji kecuali jima’ (bersetubuh).


Setelah tahalul awal, jamaah haji menuju Mekkah untuk thowaf ifadoh, sholat sunnah thowaf dan Sa’i. Sa’I tersebut untuk haji, sedangkan haji yang lalu untuk umroh (hal tersebut untuk yang mengambil haji tamattu’ saja). Sedangkan untuk yang mengambil haji qiron atau ifrod cukup satu kali sa’I saja. Siapa yang telah melaksanakannya setelah thowaf qudum, tidak perlu sa’I setelah thowaf ifadoh.


Sehabis melaksanakan tiga jenis amalan tadi (Melontar Jumroh Aqobah, mencukur rambut, thowaf ifadoh beserta sa’I setelahnya (bagi yang tamattu’), halal bagi jamaah haji seluruh larangan ihrom, dan tidak mengapa apabila jamaah haji memilih mana yang lebih dahulu dilaksanakan dari tiga jenis amalan tadi, sesuai dengan situasi dan kondisi dan kondisi serta kemampuan.


Aktifitas (amalan) Hari Kesebelas


Setelah thowaf ifadhoh dan sa’I bagi yang tamattu’ (pada hari kesepuluh), jamaah haji kembali ke Mina untuk mabit disana dan melontar tiga jumroh (jumroh aqobah, jumroh wustho dan sugro) keesokan harinya (tanggal 11. 12, 13 Dzulhijjah).

Pada hari kesebelas (hari pertama dari hari-hari tasyriq), jamaah haji wajib melaksanakan tiga jumroh setelah dzuhur, dimulai dengan jumlah sugro (dekat masjid Al-Khoif) sebanyak tujuh buah kerikil berturut-turut dengan mengangkat tangan kanannya dan berdzikir setiap melontar satu kerikilnya.



Setelah selesai dari jumroh sugro, mundur sedikit menghadap kiblat dengan posisi tempat untuk melontar jumroh sugro berada di sisi kirinya dengan mengangkat tangan untuk berdoa sebanyak-banyaknya, kemudian melaksanakan jumroh wustho seperti ketika melaksanakan jumroh sugro, setelah itu menghadap kiblat dengan posisi jumroh wustho di sebelah kanan dan berdoa juga. Setelah selesai, dilanjutkan dengan jumroh aqobah. Dengan demikian jamaah haji telah melontar jumroh pada hari tersebut sebanyak 21 kerikil.



Aktifitas (amalan) Hari Kedua belas


Pada Hari kedua belas (hari kedua dari hari tasyriq), jamaah haji melaksanakan tiga jumroh setelah dzuhur seperti hari kesebelas (hari pertama dari hari tasyriq).


Pada hari ini (hari kedua belas) jamaah haji juga telah melontar jumroh sebanyak 21 buah kerikil. Kemudian setelah melontar jumroh pada dua hari yang telah disebutkan (tanggal 11 dan 12), diperbolehkan bagi jamaah haji yang ingin meninggalkan Mina setelah terbenam matahari, tetapi jika tetap menginap di malam ketiga, yang demikian lebih utama.


Aktifitas (amalan) Hari Ketiga belas


Jika jamaah haji berada di Mina sampai hari ketiga belas (hari ketiga dari hari tasyriq), hal tersebut lebih utama dan lebih besar ganjaran pahalanya.


Pada hari tersebut, jamaah haji tetap melaksanakan melontar jumroh seperti yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya, dan jumlah kerikil pada hari ini juga berjumlah 21 buah kerikil.



Thowaf Wada’

Apabila jamaah haji ingin meninggalkan Mekkah untuk kembali ke tanah air masing-masing atau menuju madinah, diwajibkan untuk thowaf terlebih dahulu sebanyak tujuh kali putaran sebagai thowaf wada’ (perpisahan), kemudian sholat sunat thowaf.


Bagi wanita yang haid atau nifas tidak wajib baginya thowaf wada’. Hal tersebut sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas, bahwa Rosulullah SAW bersabda:


أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُوْنَ آخِرَ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ إِلاَّ أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ اْلحاَئِضِ. (رواه البخاري ومسلم).


”Hendaknya amalan yang terakhir yang dilakukan oleh Muhrim (orang yang melaksanakan ibadah haji) adalah thowaf di ka’bah, kecuali wanita yang sedang haid, Rosulullah SAW memberi keringanan bagi mereka (untuk tidak thowaf)”. (HR:Bukhori dan Muslim).


Demikian gambaran singkat tentang pelaksanaan ibadah haji dan umroh, semoga menambah pemahaman kita semua.






[1] HR: Imam Malik dalam Muwathonya jilid : 3 Hal : 164


Tidak ada komentar: